Insan Mulia

Jumat, 01 April 2011

HIKMAH DALAM MUSIBAH

Musibah adalah salah satu bentuk ujian yang diberikan Allah kepada manusia. la adalah sunnatullah yang berlaku atas para hamba-Nya. la bukan berlaku pada orang-orang yang lalai dan jauh dari nilai-nilai agama saja. Namun ia juga menimpa orang-orang mukmin dan orang-orang yang bertakwa. Bahkan, semakin tinggi kedudukan seorang hamba di sisi Allah, maka semakin berat ujian dan cobaan yang diberikan Allah S.W.T. kepadanya. Karena Dia akan menguji keimanan dan ketabahan hamba yang dicintai-Nya.
Sebagai contoh, bangsa kita tercinta sekarang ini sedang dirundung dan didera dengan berbagai musibah, mulai dari gelombang tsunami, lumpur lapindo, flu burung, busung lapar, gizi buruk, harga melonjak ditambah seabreg permasalahan nasional yang tak kunjung teratasi, akan tetapi sayangnya sedikit yang bisa mengambil hikmah dari musibah yang sedang kita derita. Ujian yang semestinya mendongkrak kualitas keimanan dan mengantar pada keberkahan temyata sering membawa kepada murka Allah. Tak lain karena orang yang terkena musibah tak mampu bersikap benar saat menghadapinya.
Sesungguhnya di balik musibah itu terdapat hikmah dan pelajaran yang banyak bagi mereka yang bersabar dan menyerahkan semuanya kepada Allah I yang telah mentakdirkan itu semua untuk hamba-Nya, diantara hikmah yang bisa kita petik antara lain adalah:
1. Musibah akan mendidik jiwa dan menyucikannya dari dosa dan kemaksiatan.
Allah Ta'ala berfirman:

وَمَآأَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَن كَثِيرٍ ( الشورى: 30)
artinya, “Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS asy Syura: 30)
Dalam ayat ini terdapat kabar gembira sekaligus ancaman jika kita mengetahui bahwa musibah yang kita alami adalah merupakan hukuman atas dosa-dosa kita. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: ”Tidak ada penyakit, kesedihan dan bahaya yang menimpa seorang mukmin hinggga duri yang menusuknya melain-kan Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dengan semua itu.” (HR. Bukhari)
Dalam hadits lain beliau bersabda: “Cobaan senantiasa akan menimpa seorang mukmin, keluarga, harta dan anaknya hingga dia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa.”
Sebagian ulama salaf berkata, “Kalau bukan karena musibah-musibah yang kita alami di dunia, niscaya kita akan datang di hari kiamat dalam keadaan pailit.”

2. Mendapatkan kebahagiaan (pahala) tak terhingga di akhirat. Itu merupakan balasan dari musibah yang diderita oleh seorang hamba sewaktu di dunia, sebab kegetiran hidup yang dirasakan seorang hamba ketika di dunia akan berubah menjadi kenikmatan di akhirat dan sebaliknya. Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, ”Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.”
Dan dalam hadits lain disebutkan, ”Kematian adalah hiburan bagi orang beriman.” (HR .Ibnu Abi ad Dunya dengan sanad hasan).
3. Sebagai parameter kesabaran seorang hamba.
Sebagaimana dituturkan, bahwa seandainya tidak ada ujian maka tidak akan tampak keutamaan sabar. Apabila ada kesabaran maka akan muncul segala macam kebaikan yang menyertainya, namun jika tidak ada kesabaran maka akan lenyap pula kebaikan itu.
Anas Radhiallaahu anhu meriwayatkan sebuah hadits secara marfu’, “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya cobaan. Jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan mengujinya dengan cobaan. Barang siapa yang ridha atas cobaan tersebut maka dia mendapat keridhaan Allah dan barang siapa yang berkeluh kesah (marah) maka ia akan mendapat murka Allah.”
Apabila seorang hamba bersabar dan imannya tetap tegar maka akan ditulis namanya dalam daftar orang-orang yang sabar. Apabila kesabaran itu memunculkan sikap ridha maka ia akan ditulis dalam daftar orang-orang yang ridha. Dan jikalau memunculkan pujian dan syukur kepada Allah maka dia akan ditulis namanya bersama-sama orang yang bersyukur. Jika Allah mengaruniai sikap sabar dan syukur kepada seorang hamba maka setiap ketetapan Allah yang berlaku padanya akan menjadi baik semuanya.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, “Sungguh menakjubkan kondisi seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Jika memperoleh kelapangan lalu ia bersyukur maka itu adalah baik baginya. Dan jika ditimpa kesempitan lalu ia bersabar maka itupun baik baginya (juga).”
4- Dapat memurnikan tauhid dan menautkan hati kepada Allah.
Wahab bin Munabbih berkata, “Allah menurunkan cobaan supaya hamba memanjatkan do’a dengan sebab bala’ itu.”
Dalam surat Fushilat ayat 51 Allah berfirman,

وَإِذَآ أَنْعَمْنَا عَلَى اْلإِنسَانِ أَعْرَضَ وَنَئَا بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَآءٍ عَرِيضٍ (فصلت:51 )

artinya, “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo’a.”
Musibah dapat menyebabkan seorang hamba berdoa dengan sungguh-sungguh, tawakkal dan ikhlas dalam memohon. Dengan kembali kepada Allah (inabah) seorang hamba akan merasakan manisnya iman, yang lebih nikmat dari lenyapnya penyakit yang diderita. Apabila seseorang ditimpa musibah baik berupa kefakiran, penyakit dan lainnya maka hendaknya hanya berdo’a dan memohon pertolongan kepada Allah saja sebagiamana dilakukan oleh Nabi Ayyub 'Alaihis Salam yang berdoa, “Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Rabbnya, ”(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”. (QS. Al Anbiyaa :83)
5. Memunculkan berbagai macam ibadah yang menyertainya.
Di antara ibadah yang muncul adalah ibadah hati berupa khasyyah (rasa takut) kepada Allah. Berapa banyak musibah yang menyebabkan seorang hamba menjadi istiqamah dalam agamanya, berlari mendekat kepada Allah menjauhkan diri dari kesesatan.
6. Dapat mengikis sikap sombong, ujub dan besar kepala.
Jika seorang hamba kondisinya serba baik dan tak pernah ditimpa musibah maka biasanya ia akan bertindak melampaui batas, lupa awal kejadiannya dan lupa tujuan akhir dari kehidupannya. Akan tetapi ketika ia ditimpa sakit, mengeluarkan berbagai kotoran, bau tak sedap,dahak dan terpaksa harus lapar, kesakitan bahkan mati, maka ia tak mampu memberi manfaat dan menolak bahaya dari dirinya. Dia tak akan mampu menguasai kematian, terkadang ia ingin mengetahui sesuatu tetapi tak kuasa, ingin mengingat sesuatu namun tetap saja lupa. Tak ada yang dapat ia lakukan untuk dirinya, demikian pula orang lain tak mampu berbuat apa-apa untuk menolongnya. Maka apakah pantas baginya menyombongkan diri di hadapan Allah dan sesama manusia?
7. Memperkuat harapan (raja’) kepada Allah.
Harapan atau raja’ merupakan ibadah yang sangat utama, karena menyebabkan seorang hamba hatinya tertambat kepada Allah dengan kuat. Apalagi orang yang terkena musibah besar, maka dalam kondisi seperti ini satu-satunya yang jadi tumpuan harapan hanyalah Allah semata, sehingga ia mengadu: “Ya Allah tak ada lagi harapan untuk keluar dari bencana ini kecuali hanya kepada-Mu.” Dan banyak terbukti ketika seseorang dalam keadaan kritis, ketika para dokter sudah angkat tangan namun dengan permohonan yang sungguh-sungguh kepada Allah ia dapat sembuh dan sehat kembali. Dan ibadah raja’ ini tak akan bisa terwujud dengan utuh dan sempurna jika seseorang tidak dalam keadaan kritis.
8. Merupakan indikasi bahwa Allah menghendaki kebaikan.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu’ bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda, ”Barang siapa yang dikehen-daki oleh Allah kebaikan maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya.” (HR al Bukhari). Seorang mukmin meskipun hidupnya sarat dengan ujian dan musibah namun hati dan jiwanya tetap sehat.
9. Allah tetap menulis pahala kebaikan yang biasa dilakukan oleh orang yang sakit.
Meskipun ia tidak lagi dapat melakukannya atau dapat melakukan namun tidak dengan sem-purna. Hal ini dikarenakan seandainya ia tidak terhalang sakit tentu ia akan tetap melakukan kebajikan tersebut, maka sakinya tidaklah menghalangi pahala meskipun menghalanginya untuk melakukan amalan. Hal ini akan terus berlanjut selagi dia (orang yang sakit) masih dalam niat atau janji untuk terus melakukan kebaikan tersebut. Dari Abdullah bin Amr dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam, ”Tidak seorangpun yang ditimpa bala pada jasadnya melainkan Allah memerintah-kan kepada para malaikat untuk menjaganya, Allah berfirman kepada malaikat itu, “Tulislah untuk hamba-Ku siang dan malam amal shaleh yang (biasa) ia kerjakan selama ia masih dalam perjanjian denganKu.” (HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya)
12. Dengan adanya musibah seseorang akan mengetahui betapa besarnya nikmat keselamatan dan 'afiyah
Jika seseorang selalu dalam keadaan senang dan sehat maka ia tidak akan mengetahui derita orang yang tertimpa cobaan dan kesusahan, dan ia tidak akan tahu pula besarnya nikmat yang ia peroleh. Maka ketika seorang hamba terkena musibah, diharapkan agar ia bisa betapa mahalnya nikmat yang selama ini ia terima dari Allah .
Hendaknya seorang hamba bersabar dan memuji Allah ketika tertimpa musibah, sebab walaupun ia sedang terkena musibah sesungguhnya masih ada orang yang lebih susah darinya, dan jika tertimpa kefakiran maka pasti ada yang lebih fakir lagi. Hendaknya ia melihat musibah yang sedang diterimanya dengan keridhaan dan kesabaran serta berserah diri kepada Allah Dzat yang telah mentakdirkan musibah itu untuknya sebagai ujian atas keimanan dan kesabarannya.
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menukil ucapan ‘Ali bin Abu Thalib radhiallahu 'anhu: “Tidaklah turun musibah kecuali dengan sebab dosa dan tidaklah musibah diangkat oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kecuali dengan bertobat.” (Al-Jawabul Kafi hal. 118)
Oleh karena itulah marilah kita kembali kepada Allah dengan bertaubat dari segala dosa dan khilaf serta menginstropeksi diri kita masing-masing, apakah kita termasuk orang yang terkena musibah sebagai cobaan dan ujian keimanan kita ataukah termasuk mereka- wal'iyadzubillah- yang sedang disiksa dan dimurkai oleh Allah karena kita tidak mau beribadah dan banyak melanggar larangan-larangan-Nya.

LinkWithin
WAALLAHU A’LAM BIS SHOWAB


Senin, 15/03/2010 | 07:41 WIB
Jakarta – Kalangan organisasi kemasyarakatan (ormas)/LSM menolak rencana kedatangan Presiden Amerika Serika (AS) Barack Obama pada 22 Maret 2010. Petisi 28, HMI-MPO dan Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi (LMND) menyuarakan penolakan terhadap Obama dalam dialog danm konsolidasi di Doekoen Coffee, Pancoran, Jakarta, Minggu (14/03/2010).
Mereka sepakat dalam semua pemaparan melihat Amerika sebagai kapitalis yang mulai perjuangan bangsa Indonesia melakukan praktek imperalisme dan kolonialisme. Selain itu, Obama dituntut memutihkan semua utang Indonesia di Bank Dunia yang sahamnya dikuasai Amerika. “Kami menuntut kepada Obama untuk membebaskan Indonesia dari segala ikatan utang terhadap Bank Dunia,” ungkap Salahudin Daeng, wakil Petisi 28.
“Kami juga menuntut Nasionalisasi perusahaan-perusahaan Asing (Amerika) di Indonesia,” seru Ketua LMND, Lalu Hilman Afriandi. “Bila tuntutan ini dikabulkan Obama, kami siap menerimanya datang ke Indonesia dengan baik,” tambah Salahudin.
Kalangan ormas beralasan, penolakan kedatangan Obama ke Indonesia, setidaknya terdapat empat dosa besar. “Minimal ada empat, dosa imperalisme AS kepada Indonesia. Pertama, dosa penghancuran ideologi. Kedua, dosa sejarah. Ketiga, dosa ekonomi. Dan keempat, dosa kemanusiaan,” ungkap Salahudin Daeng, aktivis Institute Global Justice.
Dosa besar Obama yang dimaksud, menurut Salahudin, pertama adalah dalam waktu yang cukup lama, telah terjadi upaya pencucian otak yang dilakukan Amerika Serikat terhadap para elit ekonomi dan politik Indonesia. Akibatnya, saat ini yang terjadi pemerintah Indonesia jadi harus mau mengikuti ideologi kapitalisme dan neoliberal Amerika.
Kedua, dosa sejarah. Selama ini, sudah terbukti bahwa Amerika telah mendompleng penjajahan Belanda untuk menanamkan perusahaan-perusahaan mereka di Indonesia.
Dosa ketiga, proyek pinjaman oleh IMF dan World Bank yang tujuannya hanya untuk membuat Indonesia terus berutang kepada lembaga donor itu. Sehinga, ekonomi Indonesia menjadi porakporanda. ”Sebaliknya ekonomi mereka lebih mendominasi,” bebernya. (*/ira)
Suara Pembaruan
2010-03-15Krisis Janji Dua Presiden
Oleh : Christianto Wibisono
Prof Bill Liddle menulis dalam Kompas tentang dua presiden dalam krisis domestik yang sama-sama memerlukan terobosan satu foreign policy performance untuk memulihkan citra yang kedodoran. Presiden Obama kehilangan kharismanya karena janji kampanye untuk merombak sistem jaminan kesehatan (health care reform) macet, justru karena 38 anggota Kongres Demokrat tidak mendukung walaupun telah diadakan Summit sehari penuh untuk menjinakkan mereka.
Dalam politik luar negeri, Obama juga dianggap gagal dalam pendekatan dengan dunia Islam. Unsur garis keras Israel malah melecehkan kehadiran Wapres Joe Biden di Israel untuk mengumumkan pemukiman baru Israel di wilayah Palestina. Karena itu, juru bicara Gedung Putih menyatakan bahwa kunjungan Obama bukan suatu hura-hura nostalgia pribadi dan keluarga. Istri dan dua putri Obama batal ikut dalam kunjungan yang juga ditunda untuk mengikuti voting health care, Kamis 18 Maret.
Sebetulnya, siapa membutuhkan siapa. SBY butuh restu Obama untuk menghadapi politik domestik kegagalan koalisi, atau Obama butuh SBY untuk membuktikan bahwa setelah pidato di Kairo yang kurang gereget, maka dia akan pidato di Jakarta sebagai the largest Moslem democracy untuk membuktikan pendekatan ke dunia Muslim sukses.
Nuansa diplomatik seperti ini hanya bisa dirasakan oleh diplomat dan pengamat kawakan senior yang telah makan asam garam hubungan bilateral AS Indonesia. Pro dan kontra kunjungan Obama justru diramaikan oleh minoritas yang tidak menghendaki adanya koalisi AS-Indonesia dan suksesnya KTT Obama-SBY. Padahal, bila mainstream di kedua negara bisa berpikir jernih dan bijaksana, maka poros Jakarta-Washington ini adalah satu satunya jalan keluar dari kemelut Timur Tengah.
Setelah pengakuan Robert Gibbs bahwa pidato di Kairo kurang memperoleh respons, sehingga AS tetap harus mengirim tambahan pasukan ke Afghanistan yang tidak membedakan Obama dari Bush. Maka Obama memutuskan untuk berpidato di Jakarta, the largest Moslem democracy. Sebab, Cairo is not democratic Moslem capital, Kairo masih dikuasai rezim otoriter Mubarak yang mau membuat dinasti dengan putranya mirip dinasti ateis Kim ilsung Kim Jongil di Korea Utara. Jadi, Jakarta sebagai capital of the largest Moslem democracy oleh Obama mau dipakai sebagai platform untuk mendongkrak popularitasnya.
Kelihaian Jakarta, yang memerlukan koordinasi dan sinergi antara Merdeka Utara dan Senayan untuk bisa menghadapi Obama secara cerdas, cerdik, cermat, dan bermanfaat. Dalam setiap diplomasi yang nilainya strategic dan comprehensive maka ada quid pro quo yang mencerminkan mutual benefactory serta mutual dependency. Sejarah hubungan Indonesia-AS terus memperlihatkan “kenaifan” kita dalam diplomasi, sehingga kita mengobral dan mengorbankan dengan harga murah, suatu gejolak geopolitik yang tidak memberi manfaat optimal bagi bangsa kita, tetapi dinikmati secara “gratisan”, murah meriah justru oleh raksasa superpower seperti AS.
AS ini mirip Soeharto yang merasa sejak Perang Dunia II berhasil mengamankan dunia dari ancaman komunisme dan karena itu setelah sukses membiayai kebangkitan Eropa dan Jepang setelah perang Dunia II, merasa berhak menikmati posisi sebagai “polisi dunia” dengan pelbagai atribut dan fasilitasnya.
Perang Dingin yang timbul setelah Uni Soviet menolak Marshall Plan dan menjadi penentang AS, telah memberi rezeki pada mantan pecundang dan bekas musuh seperti Jerman dan Jepang. AS membantu kedua negara itu all out untuk membendung komunisme. Keduanya menikmati gelontoran dana itu untuk membangun kembali ekonomi kedua negara. Perang Korea juga member dampak positif berupa dana logistik yang mengalirkan dana ke Jepang. Kemudian, pada Perang Vietnam, giliran Korea menikmati dampak logistik Perang Korea.
Sementara Indonesia dengan “gratisan” malah langsung menjadi sekutu AS dengan membubarkan dan menghancurkan PKI, Partai Komunis ketiga terbesar sedunia. Sekarang, dalam perang teror yang secara fisik militer gagal dan memerlukan perang propaganda, perang opini publik dan terobosan perdamaian Israel-Palestina sebagai akar dan kunci penyelesaian agenda terorisme seluruh dunia, maka peranan sejarah yang positif pro aktif ini dibuka untuk Presiden Obama yang pernah tinggal di Indonesia dan Presiden Yudhoyono, menantu dari sang penghancur komunisme secara “gratis” tahun 1965.
Dalam perang teror ini, AS harus mengeluarkan dana triliunan dolar selain di front militer juga di front propaganda yang kedodoran dan mengalami keterpurukan citra yang akan dibangkitkan oleh Obama. Dalam perang melawan terorisme ini, jalan keluar paling tuntas adalah penyelesaian Israel-Palestina sehingga tidak ada alasan secuil pun lagi dari teroris untuk berjihad. Jika Israel dan Palestina sudah berdamai, maka tidak ada lagi dalih untuk melakukan teror di seluruh dunia. Ini adalah suatu target dan kinerja politik luar biasa.
Perdamaian Israel-Palestina
Kalau untuk perang militer Afghanistan, AS harus membayar ke Pakistan miliaran dolar. Untuk mendemokratisasikan Irak, AS perlu triliunan dolar dan juga untuk perang propaganda memerlukan miliaran dolar. Pidato Kairo gagal direspons karena memang tidak ada follow up perdamaian Israel-Palestina. Maka momentum Obama-SBY harus dijadikan kronos einmalig, satu peluang sejarah yang jarang dan tidak terulang dalam ratusan, bahkan ribuan tahun. Jika Obama-SBY bisa menyatakan, Bali siap sebagai tuan rumah Konferensi Perdamaian Israel-Palestina bulan Juni 2010, maka secara tangible bisa disetujui paket bernilai paling sedikit US$ 40 miliar. Seluruh utang Pemerintah RI kepada AS, yaitu US$ 20 miliar akan lunas, dan pada saat yang sama AS menghibahkan kembali seluruh pelunasan utang itu ditambah komitmen investasi dalam jumlah setara.
Itu dividen bagi tuan rumah perdamaian, sedangkan nilai perdamaian itu sendiri tentu jauh lebih besar dari sekadar US$ 40 miliar, karena setelah itu jika Timur Tengah damai tanpa konflik dan perang, maka Timur Tengah dengan energi minyak Arab dan kapabilitas teknologi Israel benar-benar akan menjadi tanah perjanjian untuk semua keturunan Abraham. Dunia tentu saja akan bersih dari terorisme yang tidak punya alasan lagi untuk membunuhi orang hanya karena sepupu keturunan Abraham cekcok dan berkelahi. Pendamainya adalah turunan pendiri Borobudur, Susilo Bambang Yudhoyono dan Barack Hussein Obama, yang memang tidak berdarah Indonesia, tapi mengalami hidup dalam “feng shui” Indonesia
Keduanya mampu menjadi jembatan terobosan Muslim-Kristen, kulit berwarna-kulit putih. Inilah agenda utopia yang saya ikuti denyutnya di Washington DC antara 23 Februari-2 Maret. Tapi, agenda utopia ini barangkali tidak akan pernah terwujud jika para birokrat dan diplomat AS dan RI tidak melakukan terobosan Sukarno-Kennedy , Soeharto-Clinton atau Mao Zedong-Nixon. Tidak mungkin terjadi bila pendekatan diplomasinya adalah rutin birokrat business as usual. KTT Obama-SBY barangkali hanya akan berakhir dengan perjanjian sekadarnya, bukan terobosan geopolitik apalagi mau mengalahkan pidato Kairo. Bill Liddle benar bahwa dua presiden dalam krisis, sulit memenuhi janji kampanye.
Penulis adalah Pendiri dan Ketua Global Nexus Institute (lembaga kajian dampak perubahan geopolitik bagi Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment

Bugar yang Memesona